Menimbun Rasa
Udara pagi yang sejuk masih berhembus, merasuk ke dalam relung jiwa. bandung memang selalu dilanda kedinginan, yah pagi ini aku rasa begitu dingin, sehingga aku enggan untuk meninggal tempat peraduan yang semalam ini membuat saya tersiksa karena air mata. Air mata yang tak pernah aku buang kerena menyesali sebuah pertemuan yang berakhir dengan kisah yang mengecewakan.
"Woooy!"
"Huwaaaa" aku menjerit sekenceng kencengnya ketika seseorang mengagetkanku di susul suara gelak tawa.
"Wuahahahaha kaget yaa"
“Tahu enggak, kadang-kadang gue tuh nganggep gue kurang waras . orang kaya gini bisa jadi sahabat gue…eit, jangan menyela dulu. Gue tahu banget apa yang elo rasain. Lo sahabat terbaik yang gue pernah punya, Radit, meski lo nyebelin, ngeselin tapi gue nggak mau elo terus-terusan makin ngeselin.”
“lo juga sahabat terbaik yang pernah gue punya. Nuhun ya udah jadi sahabat gue. Meski lo cantik, pinter tapi gue aneh ko lo betah jadi jomblo” Radit nyubit kedua pipi sambil meluk dari belakang.
"weey, bilang sama gue. ngapain lo dateng pagi buta begini?"
"Gue kangen aja sama lo, kangen ngacak ngacak kamar lo" radit melemparkan badannya ke atas kasur
"Gilaaaaa" sambil beranjak dari kasur aku keluar kamar dan pergi ke dapur.
Itulah aku dan Radit. Kami bersahabat dari TK. Sampai sekarang kami tetap bersahabat. Suka cita kita lalui bersama. Banyak orang bilang kalau kita seperti kembar dan gak kalah banyak orang bilang kita lebih mirip orang pacaran..
Hahahaa lucu sih apalagi selama ini kita putus pasti gara gara cemburu.
Ada yang aneh memang satu bulan ini . Radit lebih sering datang menemui aku di kampus, di Rumah, dimanapun.
Dia lebih sering memanjakan, biasanya dia yang selalu minta di manja. Kaya anak kecil yang minta jajan sama ibunya. Merengek manja .
Sore itu aku minta Radit untuk mengantarkan ke mall.
Dalam perjalan Radit selalu pegang tangan.
"kaya orang pacaran kita yaa"
"Gak apa apa kali moy, lo kan jomblo"
"Iiissh.. Emang lo kagak"
"Moy, maafin gue ya kalau gue gak bisa jagain lo lagi"
"Laah emang kenapa? lo kan emang bukan bokap gue"
"Gue sayang sama elo"
"Iya gue tau makanya gue mau jadi sahabat lo"
4 Hari berlalu, semenjak Radit mengantar ku ke mall Radit tak ada kabar. Radit tidak datang ke rumah, kampus ataupun tempat main kita. Sebenarnya aku tidak begitu cemas karna memang begitu dia. Semau jidatnya datang ke rumah, makan dan pergi lagi.
Orang rumah sudah terbiasa dengan itu.
Tapi ada yang lain dalam Hati ini.
Berkali kali aku coba hubungi Radit tapi nomornya gak aktif. Aku coba telp ke rumah Radit tidak ada yang ngangkat. Aku pikir mereka sedang berlibur.
Gemas, kesel, sedih karna biasanya kemanapun Radit pergi dia pasti bilang dan ngajak.
Aaah mungkin dia sedang ingin quality Time bersama keluarga.
6 Hari berlalu...
Makin sepi Rasanya. Ada Rindu yang teramat dalam hati.
Ah, kemana kamu dit.
"Toooktoooktoook" suara ketukan pintu kamar membuat saya kaget.
"Iya masuk"
Ternyata Ibu.
"Sayang, Tadi Tante Mira meminta kamu ke Rumahnya"
"ngapain bu?"
"Ya sudah, kesana saja mungkin tante Mira mau minta tolong"
"Baiklah,Moy siap siap dulu"
"Ibu temenin ya"
"siip"
Perjalan melawati jalan aspal berasa sangat lamban.
Tiba depan Rumah Tante Mira, Suasana Rumah begitu Sepi. Tak seperti Biasanya, Radit yang berteriak riang. Dengan olokan manjanya.
Berjalan Melewati pintu, kakiku melangkah menuju Kamar Radit.mataku langsung tertuju pada sesosok yang begitu aku kenal, yang padanya telah ku serahkan hati ini. Yang bersamanya kami berjanji untuk selalu bersama.
Seorang sahabat yang seiring waktu membuat aku jatuh cinta sama dia tanpa pernah dia sadari.
Dia Terbaring di atas kasur berwarna hijau Toska. Tidak banyak yang berubah darinya. Hanya saja Rambutnya sudah tak gondrong acak-acakan. Pakaian yang menempel di tubuhnya bukan gaya yang serupa, celana jeans dan kaos oblong lusuh dengan sepatu kets usang menempel di kaki Yang biasa dia pakai. Melainkan balutan Kain putih. Tapi senyumnya,Masih sama seperti dulu, hangat. Baunya masih sama, keringat khas Radit.
Tak kuasa ku bendung tangis ini.
lengan ini memeluk tubuh kaku itu.
"Radit sudah pergi. Radit sudah tidak sakit lagi" Tante Mira memeluk dan mengelus kepala saya..persis Radit ketika mencoba membuat saya tenang.
"Radit sakit? Sakit apa tante?" sambil terisak ku beranikan bertanya.
"Radit sakit Cancer. Dia sengaja gak cerita sama kamu. Karna Dia gak mau kamu khawatir" jelas tante Mira sambil memeluk poto Radit.
Dit, lo Bilang kita harus selalu jujur. Tapi kali ini lo boong sama gue. Dalam ku masih tak percaya.
"Ini Titipan Radit sebelum dia pergi" Tante mir memberikan amlop coklat muda dengan cap merpati di bukaan amplopnya.
Kubuka saat berada d taman bermain. Tempat kami bermain, bercerita.
Kubuka, isinya selembar kertas dengan tulisan tangan yang saya hafal betul itu tulisan Radit.
"Rasa yang tak berujung menghampiri hati yang sepi
Rasa yang tak diundang menyambangi jiwa
Termenung, aku terdiam
Pertemuan singkat saat itu melepasan kesepian jiwa
Dinginya hati kembali menghangat melihat sosok dirimu
Selalu ada hasrat ingin memeluk dirimu
tetaplah menjadi Sahabat ku dan kekasih ku
simpanlah cinta ku"
Aku diam, menahan sesak dan sakit yang menggempur hati ku. Serupa seribu sembilu diiris pada tubuh ini.
_Niya Tulus_
Komentar
Posting Komentar